THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 19 Mei 2010

Evaluasi Besar Event " NAIK DANGO "

Saya sangat sepakat jika event “Naik Dango” ( suatu event ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yg melimpah terutama hasil panen besar ) di evaluasi ulang karena beberapa faktor, tidak sedikit rumah adat yang di bangun terbengkali pasca Naik Dango, solusi : untuk memudahkan Promosi dapat di pusatkan disatu tempat saja, misal saja di Kabupaten. Ini dilakukan agar pembengkakan anggaran bisa di hindari, karena selama ini terlalu boros anggaran untuk pembuatan rumah adat setiap tahunnya, bisa kita bayangkan untuk peserta naik dango di Kab Landak ( KALBAR ) berjumlah 23 Kecamatan, jika dilaksanakan bergilir, otomatis 23 tahun kemudian baru dipakai kembali rumah adatnya. So apa yg terjadi dengan rumah adat kalau udah 23 tahun ga dipakai,dijamin rusaklah! sementara yg baru aja udah rusak, yg tak kalah pentingnya agar dalam event Naik Dango, nama tokoh pelopor pesta ini di abaikan sehingga ada kesan sendiri. Ini semata mata di lakukan untuk membawa event Naik Dango dapat dikenal luas, karena jika boleh jujur Event naik Dango ini sangat belum ter “EXSPOSE”, sedangkan ini aset budaya yg sangat menjanjikan….!! To be continue…
Salam dariku dari tanah rantau…..!!

Read More......

Kamis, 05 Februari 2009

Upacara "Tiwah" dan "Mangkok Merah" save to culture 3

Upacara Tiwah

Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.

Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).



Mangkok merah

Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan. Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu. Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.

Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah. Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia. Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).

Read More......

"Keberadaan suku dayak dan asal usulnya", save to culture 2

Mencoba menerawang kembali keberadaan suku dayak dan asal mulanya, berikut sedikit cerita tentang itu semua , Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.

ASAL MULA
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.

Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.

Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).



Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)

Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.

Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.

Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)

Dibawah ini ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.

Read More......

Premanisme Hukum Adat Jangan Sampai Terjadi

Bagian Hukum dan HAM Sekretariat Daerah (Setda) Kab.Landak Kalimantan Barat menggelar Lokakarya Revitalisasi Hukum Adat di Kabupaten Landak. Tujuannya sebagai wujud kepedulian pemerintah daerah untuk meningkatkan kedudukan dan fungsi lembaga adat, terutama temenggung dan dewan adat mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan masalah tentang adat. Acara yang berlangsung 17-19 September 2008 lalu di aula Hotel Hanura Ngabang tersebut dihadiri para Timanggong dan Pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Kecamatan dan Kabupaten Landak. Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) Kalbar Sujarni Alloy sebagai fasilitator mengatakan, masyarakat adat Dayak Kanayatn Kabupaten Landak adalah kelompok masyarakat hukum adat yang sampai saat ini memiliki wilayah adat yang disebut Binua. "Setiap Binua dipimpin oleh seorang Tokoh adat yang disebut Timanggong yang dulunya dikenal memiliki kepemimpinan yang berwibawa dan bijaksana dalam mengambil keputusan," ungkap Alloy kepada pers usai acara penutupan.

Namun dalam perjalanan sejarahnya, kepemimpinan Timanggong mengalami degradasi moral yang mengakibatkan hukum adat Dayak menjadi sebuah fenomena dimata masyarakat luar yang ditandai adanya preman adat, sehingga penerapan Hukum adat Dayak dituduh macam-macam yang intinya dipandang negative oleh berbagai pihak, bahkan masyarakat adat Dayak sendiri. "Persoalan ini jelas mengancam keberadaan hukum adat Dayak itu sendiri," kata Alloy. Ditambahkannya, dari lokakarya tersebut, setelah melakukan refleksi terhadap keberadaan hukum adat di Kabupaten Landak menghasilkan rekomendasi yang bersifat internal dan eksternal.

Untuk internal, diantaranya untuk memperbaiki citra Timanggong ke depan dalam proses pemilihan Timanggong perlu memperhatikan sosok figur yang layak menjadi Timanggong memiliki ciri-ciri yakni memiliki loyalitas, bersifat adil dalam memutuskan hukum adat, menganut kepercayaan sebagai landasan moral. Memiliki sikap berani dan konsisten dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas jabatan dan keputusan yang diambil.

"Untuk menjaga citra hukum adat Dayak agar tetap eksisnya baik dimata pihak luar, pemerintah dan negara, lembaga adat Dayak perlu menata dan memperkuat institusi lokal berdasarkan warisan leluhur," paparnya. Kemudian, para Timanggong perlu mensosialisasikan tentang hukum adat kepada masyarakat adat melalui berbagai media massa dan momentum budaya. Masyarakat Dayak terus berupaya menegakkan hukum adat Dayak bersama pemerintah.

"Masyarakat Adat Dayak harus utuh, tidak terkontaminasi dengan hukum lainnya. Pelaksanaan hukum adat jangan pandang bulu. DAD dan Timanggong harus bersatu untuk menegakkan hukum adat," urai Alloy. Selanjutnya rekomendasi eksternal diantaranya, pemerintah daerah proaktif dalam memotivasi masyarakat adat melalui kegiatan yakni mengadakan seminar, lokakarya tentang budaya adat dan hukum adat, menetapkan hukum adat merupakan bagian dari hukum Negara dan masyarakat harus memahami makna adat Dayak yang merupakan azas hukum di masyarakat adat.



Read More......

Jumat, 16 Januari 2009

“PASCA TURUNNYA HARGA BBM DAN TDL”

Pemerintah akan mengkaji kemungkinan penurunan kembali harga premium dan solar, dari berita yang kita dapat berapa turunnya masih akan dibahas lagi dalam rapat cabinet di Istana Negara. Apakah turun Rp 500,00 seperti yang diharapkan Kamar Dagang Dan Industri ( KADIN ) sehingga harga premium menjadi Rp 4,500,00 atau bakal murah lagi, seperti yang diketahui bersama 1 Desember 2008 yang lalu pemerintah menurunkan harga penurunan dari Rp 6,000,00 menjadi Rp 5,500,00. Dua minggu kemudian, 15 Desember diturunkan lagi menjadi Rp 5,000,00, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 2 kali dalam kurun waktu dua bulan merupakan sesuatu yang luar biasa dan patut kita sambut gembira. Apalagi, jika diikuti penurunan Tarif Dasar Listirk (TDL), tentu akan sangat membantu menggairahkan perekonomian Indonesia yang sekarang lagi lesu sehingga kembali bergairah ditengah kesulitan akibat ekonomi global.
Dengan BBM yang lebih murah,tarif angkutan umum seharusnya bisa diturunkan dan biaya produksi industry juga akan turun sehingga harga-harga seharusnya bisa turun secara signifikan. Penurunan harga kebutuhan pokok akan meringankan beban rakyat Indonesia yang hidupnya semakin sulit pascakrisis ekonomi global yang berimbas ke negeri pengeksopr minyak yang telah berubah menjadi negeri pengimpor minyak ini.
Akan tetapi dengan dua kali penurunan harga premium dari Rp 6,000,00 menjadi Rp 5,000,00 nyatanya belum begitu terasa manfaatnya bagi masyarakat luas. Tarif angkutan umum sebagian kecil memang sudah ada yang diturunkan, tetapi sebagian besar masih memberlakukan tarif pascakenaikan harga BBm, dari Rp 4,500,00 menjadi Rp 6,000,00. Para pengusaha angkutan beralasan karena harga suku cadang tidak turun. Penurunan tarif angkutan pun hanya sedikit sehingga tidak terlalu berasa. Apalagi harga-harga kebutuhan pokok masih relative tinggi. Padahal, seharusnya dengan penurunan harga BBM, akan mempengaruhi ongkos produksi dan seharusnya tercermin pada harga akhir yang berlaku di Masyarakat. Harga barang murah, juga akan menggairahkan perdagangan karena omzet penjualan meningkat dan ini tentunya mengguntungkan pengusaha juga.
Sebagai akhir dari artikel ini mudah-mudahan dengan harga BBM yang murah TDL yang turun akan menekan laju inflasi sehingga harga kebutuhan pokok juga akan bisa diturunkan. Kalau harga turun, akan terjadi penguatan daya beli dan konsumsi rumah tangga meningkat sehingga perekonomian tetap tumbuh.



Read More......

Rabu, 14 Januari 2009

Tujuh pioritas Pembangunan KALBAR , Penuhi Kebutuhan Pasar

Memenuhi visi dan misinya pada saat kampanye, Gubernur Kalbar Cornelis menetapkan tujuh prioritas pembangunan, yaitu peningkatan :
(1) derajat kesejahteraan masyarakat,
(2) kecerdasan sumber daya manusia,
(3) derajat kesehatan masyarakat,
(4) sumber daya aparatur dan pelayanan publik,
(5) pembangunan infrastruktur dasar,
(6) kemampuan pembiayaan pembangunan, dan
(7) pemerataan pembangunan, keadilan, aman, damai dan ketahanan budaya.

Ketujuh prioritas pembangunan tersebut dikatakannya sebagai upaya dan strategi membangun Kalbar yang memiliki keunikan dibanding dengan provinsi lainnya, yaitu sebagai wilayah yang memiliki perbatasan darat, laut dan udara dengan negara Malaysia, disamping ciri penyebaran penduduk yang tidak merata termasuk yang berdiam di kepulauan kecil di Kalbar.
Adapun sasaran utama dari prioritas tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan dasar bagi masyarakat, dengan pertimbangan mustahil jika berbicara pembangunan dan kesejahteraan kalau masyarakat tidak makan, tidak sehat serta tidak berpendidikan. Oleh karea itu Gubernur minta agar prioritas tersebut segera dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2008 – 2013, sebagai acuan dalam pelaksanaan, pengendalian dan evaluasinya.

Cornelis juga menghimbau kepada seluruh Bupati/Walikota di Kalbar bersedia menata ulang batas dan jenis kewenangan yang diberikan kepada Camat untuk disesuaikan dengan letak geografis dari wilayah masing-masing. Ditambahkan olehnya bahwa dalam pelaksanaan pembangunan diberbagai daerah ada tiga kategori pembagian wilayah, yaitu wilayah pantai, pedalaman dan perbatasan serta kepulauan dan pesisir. Selanjutnya program harus dirumuskan dan diaplikasikan sesuai kebutuhan wilayah masing-masing.


Read More......

Jumat, 12 September 2008

Evaluasi Gerakan Mahasiswa Saat Ini

Artikel ini ditulis ketika berbincang-bincang bersama salah seorang journalis “Harian Pikiran Rakyat”, yang selalu hadir disetiap gerakan2 yang dilakukan mahasiswa/I Bandung untuk mendapatkan berita. Artikel ini pula udah lumayan lama ditulis namun baru ini di posting karena satu dan lain hal ,mungkin ini dapat dijadikan perenungan buat teman-teman kita yang aktif dipergerakan saat ini dimanapun berada.
Minggir…….minggir…..beri kami jalan!” teriak salah seorang demonstran dari kerumunan diatas atap bus kepada sopir taksi, pak sopirpun mendadak minggir dan mencoba mencari jalan alternative menghindari kemacetan jalan akibat kerumunan demonstran. Terlihat , ia mengeleng-gelengkan kepala menahan rasa kesal, fenomena seperti sudah tidak asing lagi jika ada aksi demonstran ( Bandung ). Menerawang tentang kejadian ini, jadi ingat euy ama sosiolog Peter L. Berger, klu ga salah ceritanya seperti ini “pada masa maraknya demokrasi mahasiswa AS anti perang Vietnam tahun 60-an merasa Shock mendengar teriakan-teriakan arogan mahasiswa, teriakan ini pula menurutnya senada dengan bait lagu nazi “horst Wessel Lied”, semasa perang dunia II, “die strase frei den braunen bataillonen” klu di translate k’bahasa Indonesia kira2 bunyinya seperti ini: “Bersihkan jalan2 untuk batalion2 tentara berseragam coklat”…….Konvoi demonstran dilihatnya begitu sombong,ibarat battalion tentara nazi yang lewat dijalan umum: seenaknya,tidak mengindahkan kepentingan pengguna jalan lain ( sumber dari Buku “movement and Revolution, 1964”)

Kesan seperti ini dapat pula melekat pada sebagian aksi-aksi demonstrasi mahasiswa kita saat ini, apabila ternyata platform yang diperjuangkan para mahasiswa terasa tak terkait langsung dengan kepentingan rakyat banyak. Sangat mungkin,demikianlah reaksi sebagian public terhadap kerumunan demonstran (aksi menuntut turunnya harga BBM) pada saat melewati jalan-jalan umum beberapa waktu lalu ( Bandung ). Jajak Pendapat pada harian “Pikiran Rakyat & Kompas” pada saat itu menunjukan tak kurang dari 60,4% tidak menyetujui kalau unjuk rasa dilakukan dijalan-jalan utama karena dirasakan sering menimbulkan kemacetan lalu lintas. Okey…….bila opini public semacam ini menguat,akan sangat merugikan citra mahasiswa kita dimasa yang akan datang euy . oleh karena itu,kini saatnya gerakan mahasiswa melakukan evaluasi menyeluruh,menata kembali garis-garis perjuangannya, dan mengkaji ulang strategi dan taktik yang selama ini dilakukan, ungkap Presedium B.E.M Kota Bandung beberapa waktu lalu.
Diperlukan tolak ukur untuk menilai seberapa jauh keberhasilan atau kegagalan gerakan mahasiswa saat ini, seperti halnya gerakan protes lain, berhasil tidaknya gerakan ini dapat diukur dengan melihat seberapa besar tuntutan-tuntutan yang diajukan mahasiswa mendapat respons dalam system politik yang berlaku, respons ini dapat diamati dalam beberapa bagian,yakni :
1.Respons Akses ( access responsiveness ) : kesetiaan pihak sasaran mendengar tuntutan –tuntutan yang diperjuangkan gerakan.
2.Respons Agenda ( agenda responsiveness ) : kesediaan pihak sasaran menempatkan tuntutan gerakan menjadi agenda politiknya.
3.Respons Kebijakan ( policy responsiveness ) : kesetiaan pihak sasaran mengadopsi tuntutan gerakan menjadi kebijakan barunya.
4.Respons output ( output responsiveness ) : Seberapa jauh kebijakan yang dilaksanakan meredakan ketidakpuasan anggota gerakan protes. (sumber dari Paul scumaker 1975)
Selain tolak ukur diatas, yang harus diperhatikan pula adalah respons (dukungan ) masyarakat terhadap gerakan, ini yang sangat diperlukan euyyyy………….! Betapapun berhasilnya mahasiswa dalam memasukan tuntutan-tuntutan dalam system politik, namun bila gerakannya mendapat reaksi negative dari public, akan hilanglah makna seluruh gerakan,apalagi selama ini kelompok-kelompok mahasiswa menempatkan posisinya tak lebih sebagai “promotional group” yang dalam gerakannya hanya memperjuangkan nilai-nilai, gagasan-gagasan,maupun prinsip-prinsip yang memberikan keuntungan kolektif (masyarakat luas), bukan keuntungan selektif (seperti keuntungan kepada kelompok mahasiswa sendiri),

Read More......